Selasa
,15 jan 2013
Pagi
yang mendung dan sepi menyambut saya kali ini,tanpa ada bunyi alaram alami
dari kokokan ayam-ayam yang lagi pada cuti,rasanya enggan untuk beranjak
meninggal kan tempat tidur berserta kawan-kawan nya.namun sepertinya kali ini
saya harus segera beranjak dari mereka-mereka sang pembuat malas dan bergegas
untuk beranjak dari alam mimpi .karna memang inilah saat nya untuk jalan-jalan
melepas penat nya pikiran dengan pekerjaan yang bertubi-tubi datang menghantam.
Kali
ini saya akan jalan-jalan di petirtaan Jolotundo.perjalanan saya kali ini tidak
saya lakukan sendiri saja,kali ini saya ditemani seorang teman yang kebetulan
sedang libur dan kebetulan teman saya ini juga masih bingung mau kemana. akhir
nya saya pun merekrut nya untuk menemani perjalanan saya kali ini.
cuaca yang sedikit mendung dan sempat turun gerimis mengiringi perjalanan kami. tak butuh waktu lama jika ingin menuju kesana, kurang lebih 50 km arah selatan dari surabaya,butuh waktu kurang lebih 2 jam perjalanan jika kita membawa kendaraan pribadi, Petirtaan Jolotundo terletak di desa Seloliman, dataran tinggi Trawas, Kabupaten Mojokerto, tepatnya terletak di lereng Gunung Bekal, yaitu salah satu puncak Gunung Penanggungan,gunung yang konon merupakan penggalan dari puncak gunung Semeru yang berada di kabupaten Lumajang.
jalanan khas dataran tinggi dengan hamparan sawah bertekstur berundak dan pepohonan cemara ,pinus mendominasi sepanjang jalanan yang kita lewati apabila kita akan sampai pada petirtaan ini.hutan yang begitu asri dengan pohon-pohon besar dan hawa yang sejuk jauh dari kata polusi,tempat yang cocok untuk melepas penat.
Tepat
di sisi kiri gapura pintu masuk komplek petirtaan kita bisa menitpkan kendaraan
kita dengan biaya 2 ribu rupiah untuk sepeda motor,dan hanya dengan HTM sebesar
6 ribu rupiah kita bisa melenggang masuk
menuju petirtaan ini.batu-batu bekas candi yang hampir tak berbentuk tersusun
rapi di depan petirtaan dengan bau dupa yang menyengat di campur dengan bau
tanah yang masih basah akibat guyuran air hujan yang baru saja datang menyambut
kedatangan saya,menambah kesan mistik di petirtaan ini.tempat yang cukup bersih
dan nyaman dengan beberapa gazebo yang bisa kita singgahi untuk sekedar melepas
lelah selama perjalanan.
Menurut sejarahnya, petirtaan ini merupakan kolam cinta yang dibangun oleh Udhayana, raja Bali, yang menikah dengan putri Guna Priya Dharma dari Jawa. Dari perkawinan tersebut lahirlah Airlangga pada 991 M. Lalu pada tahun 997 M, raja Udhayan membangun kolam ini, sesuai dengan angka yang tertera di dinding kolam, yang disiapkan untuk menyambut kelahiran putra Airlangga.
kolam ini bisa dikunjungi siapa saja, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia. Selain dari nilai histori yang ada, petirtaan Jolotundo ini semakin unik karena memiliki debit air yang tak pernah kering, walaupun di saat musim kemarau. Memiliki kandungan mineral yang tinggi, membuat air dalam kolam Jolotundo dinyatakan sebagai air terbaik di dunia setelah zam-zam.
Tempat yang nyaman untuk sekedar jalan-jalan melepas penat nya rutinitas dan tentunya menambah wawasan tentang sejarah budaya Indonesia dengan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan nenek moyang kita.
Salam Lestari Indonesia .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar