Kamis, 06 Desember 2012

kuburan Belanda di MAKAM TUA PENELEH




Siang itu udara terasa sangat terik,ramai orang dengan segala aktvitas nya sudah mulai di sana-sini.kali ini saya menyempat kan jalan-jalan ke salah satu wisata kota tua di surabaya tepat nya di makam tua peninggalan belanda yang terletak di daerah Peneleh di daerah tengah kota surabaya,atau yang lebih di kenal dengan Makam tua Peneleh.dari nama nya saja mungkin sudah terlihat agak menyeramkan”makam tua Peneleh”.
hanya butuh kurang lebih 1 jam saja jika ingin menuju ke makam tua peninggalan belanda.jalanan yang macet ,debu dan polusi disana sini mengiringi perjalanan saya,tak seberapa jauh tempat ini dari tempat tinggal saya di Medaeng lima menit dari terminal purabaya.
Makam tua peneleh berada di daerah Peneleh-surabaya.tepat di belakang puskesmas Peneleh.
 PENELEH merupakan salah satu kawasan asli Kota Surabaya. Nama Peneleh lahir di zaman Kerajaan Singosari. Asal kata “peneleh” berasal dari lokasi ini yang dahulunya merupakan tempat bersemayamnya pangeran pilihan (pinilih), putra Wisnu Wardhana yang memiliki pangkat setara dengan bupati. Pangeran tersebut kemudian diangkat menjadi pemimpin di daerah yang berada antara Sungai Pegirian dan Kalimas ini. Kawasan Peneleh sendiri merupakan salah satu bagian sejarah Kota Surabaya karena di dalamnya memiliki beberapa peninggalan bersejarah diantaranya masjid kuno Peneleh, rumah HOS Cokroaminoto (tempat proklamator Ir. Soekarno tinggal pada saat beliau bersekolah), perkampungan tua, Pasar Peneleh (salah satu tempat di Jawa dimana saat itu buah anggur dapat dibeli) serta Makam Peneleh yang merupakan salah satu makam tertua di Jawa Timur.
Komplek makam tua peneleh merupakan komplek makam tua peninggalan belanda yang ada sejak tahun 1814.komplek pemakaman yang di peruntuk kan untuk warga belanda yang tinggal di surabaya pada jaman penjajahan. Meskipun kondisinya saat ini sangat kumuh dan memprihatinkan, namun masih menyisakan sisa-sisa eksotisme masa lalu. Banyak hal yang bisa digali di dalamnya. Detail ornamen berlanggam gothic dan doric, patung-patung berkarakter Romawi (meskipun sebagian besar sudah tidak dalam kondisi utuh) hanyalah sebagian kecil dari keindahan masa lalu yang masih bisa ditelusuri.kondisi makam yang sebetul nya tertata rapi menjadi kurang enak di pandang ketika kita mulai melangkah masuk di dalam nya,jemuran-jemuran pakaian warga sekitar yang di jemur di area pemakaman membuat rasa kurang nyaman.masuk di area pemakaman ini sebenarnya tidak di pungut biaya,kita hanya membayar parkir kendaraan bermotor saja.akan tetapi kita akan di tarik biaya restribusi oleh sang penjaga makam,dengan tarisf yang tidak di tentukan,biasa nya sih para wisatawan memberi Rp 5.000,-  rupiah untuk biaya perawatan makam.
Saat masuk lebih dalam ke area pemakaman ini,suasana pun sangat berbeda.kita akan terbawa suasana dan seolah-olah kita  hidup di jaman penjajahan belanda .akan terbayang kan,betapa banyak nya orang belanda yang tinggal di surabaya,susunan makam yang tertata rapi dengan nomor seri disetiap nisan meninggal kan jejak sejarah akan kemewahan area komplek pemakaman ini di jaman penjajahan.di area pemakaman ini pula di makam kan sang arsitek jembatan sungai porong Ibrahim Simon Heels Berg.
namun kebanyakan jasad-jasad yang terkubur disini sudah di pindah kan ke negara asal nya oleh sang ahli waris,jadi hanya tinggal batu nisan dan makam yang tanpa jasad saja.

anak-anak sekitar yang sedang bermain di komlek pemakaman
Sebetul nya apabila warga sekitar,Pemkot,dinas pariwisata & instansi yang terkait lebih memperhatikan dan serius dalam merawat dan menjaga area pemakaman ini,tidak lah menjadi hal yang mustahil apabila komlek pemakaman ini akan menjadi salah satu destinasi wisata kota tua surabaya yang akan ramai di kunjungi oleh para wisatawan. Sisa-sisa makam dan prasasti yang berserakan, lingkungan kumuh merupakan sedikit gambaran kondisi makam saat ini. Memang, kompleks ini merupakan makam orang-orang Belanda, namun apa yang ada di dalamnya merupakan sebuah bukti yang bisa menjadi benang merah sejarah keberadaan Kota Surabaya,kota pahlawan.


 

Salam Lestari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar