Kamis, 27 Desember 2012

Mlampah-mlampah ten G.sumbing (3371m dpl)===> part telu (3)



Sabtu 1 Des 2012..matahari pagi dengan sayup-sayup menerobos gelap nya malam,dan gumpalan awan bak gulali.

Pagi yang dingin,belum genap matahari bersinar menggantikan sang bulan membangun kan kami dari peraduan.angin kencang dan suara hembusan angin yang menerpa seolah-olah membuat siapa saja enggan beranjak dari hangat nya sleeping bad yang menghangat kan kami,matahari perlahan menampak kan wujud nya,sinar nya mulai menerobos gumpalan-gumpalan awan yang menambah indah pagi itu,tampak meninggi di belakang gunung merapi yang bersanding dengan gunung merbabu membuat pagi itu terlihat begitu indah,dan memang saat-saat inilah yang memang sedang kami cari..yahh..sunrise di gunung memang suatu moment yang tak boleh ketinggalan,saat-saat inilah kita bisa lebih bisa mensyukuri keindahan segala ciptaan allah SWT dan kita bisa lebih bangga menjadi orang indonesia.

Terdengar suara teriakan kang udin dari luar tenda”ayo..tangi-tangi sunrise kui lho”(ayo bangun-bangun sunrise itu lho).saya pun terperanjat bangun seketika,dan tanpa pikir panjang saya pun juga langsung bergegas membangun kan si fery yang masih tetidur pulas,punggung yang terasa kaku tak mengurangi semangat saya untuk menyambut matahari pagi.begitu keluar dari tenda..”subhanallah..”keindahan pagi itu begitu indah,matahari keluar perlahan namun pasti melaksanakan kewajiban nya,gemerlap lampu-lampu kota terlihat begitu indah bak butiran-butiran cristal yang biasa kita lihat di layar televisi atau pun hanya di gambar buku saja.
G.Merbabu & G.Merapi

Tanpa buang-buang waktu saya pun langsung mengabadikan moment-monent yang tak kita dapati di tempat-tempat biasa,mulai dengan mencari tempat yang pas untuk mengambil gambar dan foto-foto untuk dokumentasi perjalanan.di temani dengan secangkir kopi kami pun menikmati saat-saat itu penuh rasa bersyukur,karna allah telah menciptakan ke indahan sedemikian rupa.
Setelah puas mengabadikan moment-moment indah tersebut,saya pun kembali ke tenda dengan rasa puas karna telah mendapat kan sedikit gambar yang akan menjadi tambahan koleksi foto-foto perjalanan saya.matahari semakin meninggi kami pun mulai mempersiap kan menu untuk sarapan pagi itu,kacang hijau bauatan mbah pathok menjadi menu pembuka pagi itu,kacang hijau yang belum rata matang nya,terasa kriuk-kriuk di mulut “asem..iki kacang hijau durung mateng kok wes di pangan ” celetuk salah satu penikmat sajian pagi itu.
setelah selesai packing perlengkapan tidur,kami pun mulai memasak untuk sarapan pagi,menu indomi campur sayur pun tersa begitu nikmat,di temani dengan jog-jog koplak seakan menambah rasa penasaran kami “eh kemarin ada yang ngelindur lho” ucap si anwar “sopo..???”   “Bashor…jare..ayo ho wes teko puncak iki”sahut anwar….dan bashor pun lansug menjawab”jancokk..raimu lohh….” Canda tawa seolah memecah kan hening nya pagi itu.

Matahari semakin tinggi setelah selesai dengan sarapan kami pun segera bergegas packing-packing perlengkapan dan langsung melanjutkan perjalanan.tepat pukul 09.00 kami mulai menapaki jalan menanjak menuju puncak,dengan terpaan angin yang berhembus kencang.di sepanjang jalur ini mulai nampak tumbuhan-tumbuhan khas dataran tinggi,dari pepohonan hutan yang rimbun berganti dengan kebun bunga edelweis yang biasa tumbuh di ketinggian di atas 2000 mdpl,padang savannah yang luas dengan tebing-tebing tinggi yang curam mendominasi jalur yang kami lewati.tak terasa hampir 1 jam lebih kami berjalan dan melewati aliran sungai yang di aliri air yang mengalir dengan debit yang kecil.di sungai ini kita sempat kan untuk istirahat sejenak dan mengambil air secukup nya.pemandangan yang begitu indah dengan dingin udara dan kabut yang menyelimuti dataran yang berada di bawah kami.setelah selesai mengisi air yang menjadi bekal minum perjalanan kami.di sepanjang jalur ini kami melewati beberapa aliran sungai,jalur yang terjal berbatu dengan sisi samping jurang dan lereng bukit menambah sensasi selama perjalanan kami.setelah beberapa menit berjalan kami memutus kan untuk potong jalur dengan melewati aliran sungai yang masih di aliri air,dan di sini ada sedikit tragedi yang tak di duga,betapa terkejut ketika seseorang yang bringas dan penuh semangat sempat terjatuh ketika berusaha menaiki bebatuan yang licin.”awas ati-ati kang,jalur licin”teriak salah seorang teman.dan tak lama kemudian terjadilah kejadian yang tak di duga,”gruaaaakkk…”dan ternyata si bashor sedang terpeleset..”gak popo sor???”tanya kang udin.”wes gak popo” sahut bashor dengan wajah melas yang bertolak 180° dari wajah sesungguh nya..”haha..mangkane ta cokk…seng ati-ati,cengengesan tok ae rekk”celetuk saya.

melihat kondisi bashor yang tak terlalu mengkhawatirkan kami pun bergegas melanjutkan perjalanan melewati aliran sungai ini.aliran sungai yang air nya nampak jernih dan sesekali membentuk air terjun mini yang begitu indah membuat kami lebih bersemangat lagi untuk melanjutkan perjalanan.setelah kami berjalan hampir 30 menit,kami pun memutuskan untuk beristirahat di bebatuan yang luas tempat cuwakan batu yang di genangi air,di sini kita beristirahat lumayan lama sembari melontarkan jog-jog pembangun semangat & tak lupa gosok gigi..hehe.

Setelah dirasa kondisi sudah mulai sedikit membaik,kami pun mulai berjalan lagi disini merupakan tempat pengisian air terakhir karna turun dari puncak kita tidak akan melewati jalur ini lagi.”ayo di isi banyune,mengko wes ra ono sumber air maneh lho” komando dari sang kepala suku.
bendahara umum sedang mncatat rute perjalanan

tanpa pikir panjang kami pun langsung bergegas mengisi penuh botol-botol kosong yang sudah kami persiap kan.namun di sini lagi-lagi timbul tragedi pengairan yang dimana salah dua orang anggota team yang tak mau membawa bekal air dengan berbagai alasan(#nama dan identitas di larang di sebutkan”privasi”hehe).
Berjalan tertatih tatih dengan udara yang dingin namun terasa panas dikulit seolah-olah mengendorkan semangat kami,berjalan dengan ngos-ngosan,ngantuk dengan sisa-sisa tenaga yang ada.tampak sisi kiri kami sebuah lereng yang biasa di sebut “ereng-ereng putih” sebuah tebing yang berwarna putih bekas sisa-sisa dari letusan gunung sumbing beberapa tahun silam.selang bebrapa menit setelah melewati beberapa punggungan akhir nya kita sampai di sebuah lahan yang luas dengan rumput-rumput yang tumbuh pendek,tempat yang mengingat kan saya pada suatu tempat yaitu puncak bayangan gunung penanggungan.di sini nampak sudah tebingan-tebingan puncak yang terlihat tak seberapa jauh.di tempat ini kita kita beristirahat cukup lama,karna menunggu dua orang teman yang masih ngeslow berduaan,mas kamplik dan kang yono.
melipir kang!!!



Setelah semua anggota team lengkap,kami pun bergegas melanjutkan perjalanan yang memang terlihat tak jauh lagi.setelah kurang lebih satu jam setengah perjalanan,akhir nya kami pun sampai pada suatu tempat yang di mana awal nya saya kira tempat itu adalah puncak dari gunung sumbing.dengan sisa-sisa tenga sya datang paling terakhir dari semua rombongan,dan akhir nya”PUNCAKKKKKKK”teriak lepas saya.namun teriak lepas saya dapat sambutan yang kurang enak di dengar di hati”puncak nyayang di sono nooohhh”sambil menunjuk ke arah belakang tebing.”hhaaaahhhhhhhhhh”.
FULL TEAM

rasa gembira pun seolah hancur lebur ketika harus menerima kenyataan bahwa tempat yang saya kira sebagai puncak ternyata adalah sadel punggungan tebing yang biasa di sebut “
gerbang angin/puncak lawang”.jika kita ingin sampai puncak dan turun di jalur yang berbeda atau lintas sesuai dengan rencana awal,mau tidak mau kita harus menuruni tempat yang saya kira puncak tadi,
Savannah

sebuah lembah dengan bebatuan besar,melewati tempat ini seolah berada di suatu tempat yang berbeda,berjalan di tengah-tengah sisa-sisa kawah gunung berapi membuat hati was-was,dalam hati bertanya "misteri apa yang akan terjadi selanjut nya!!!?"
petilasan/makam kI makukuhan

Kawah G.Sumbing
tebing-tebing curam dengan bebatuan dan padang savannah yang di penuhi edelweis yang belum berkembang.di sini terdapat sebuah petilasan/makam ki mangkukuhan,banyak kon-koin recehan yang berceceran di sekitaran petilasan yang entah tujuan dari mereka-mereka membuang koin di sini untuk apa.dari makam kita langsung menuju kawah aktif yang masih mengeluarkan uap panas,bau belerang yang menyengat membuat kami tak berlama-lama di sini.berjalan melewati kawah di tengah-tengan cowakan lubang sisa sisa kawah kami pun sampai pada lautan pasir yang begitu luas” segoro wedi “ begitu teman teman dari magelang meyebut nya.di segoro wedi kita sempat kan makan sore,karna siang hari telah kita lewati tanpa makan siang,perut lapar,dingin dan lain-lain menyelimuti tubuh yang mulai letih,menu utama mie sarden dengn sedikit tambahan telor kami santap dengan lahap.dan kembali guyonan-guyonan antar kota pun terlantun lepas tanpa beban di temani beberapa gelas kopi dan teh dengan terselip sebatang rokok di bibir.
Hari semakin sore,matahari pun mulai beranjak dan hampir tak terlihat,perjalanan yang seharus nya kita tempuh hanya dengan 3-4 jam molormenjadi 6 jam.”ini rekor lho,mangkat jam 9 teko kawah jam 5 sore..jan,ampuh suwene”celetuk kang udin..haha.

mengisyarat kan kami harus segera beranjak dari lembah nan indah ini.”jalur nya yang mana iki kang??”tanya saya”yang itu” sambil menunjuk ke arah tebing dengan kemiringan yang begitu curam.buseeettt..jalanmelipir dan merengkel-rengkel seolah menjadikendala kami untuk sampai ke sebuah bukit yang menjadi jalur utama kami.tanpa pikirpanjang,kami pun segera menyelesaikan makan sore dan bergegas menuju bibir kawah yang jauh di atas.berjalan di kemiringan yang ekstrim tanpa peralatan yang safty pun kami lalui dengan sangat hati-hati,dan gak bisa di bayangin,bagaimana kalo kita terpeleset dan jatuh!!!!!bebatuan cadas siap menyambut kita dari bawah.setelah hampir setengah jam berjalan merangkak,kami pun akhir nya sampai pada sebuah puncak dari bibir kawah.

subhanallah,keindahan yang tiada tara telah engkau ciptakan di tanah indoneia tercinta ini ya allah”lautan awan dengan backgraund gunung sindoro menyambut tatapan kami,secuil keindahan yang jatuh ke bumi dengan segala misteri nya.
G.Sindoro
Kita sempat kan untuk berfoto mengabadikan momen –momen yang mungkin tak kita jumpai di tempat lain,dengan beberapa jepretan kamera kami pun berhasil mengabadikan “mungkin” secuil keindahan surga yang jatuh di bumi.tak berapa lama kami pun harus bergegas turun karna hari yang semakin gelap.
“di puncak ini pula ada salah seorang aggota team kami yang terkapar lemah ta berdaya.bukan karna kejatuha batu yang seperti di film 5 cm,meraum-raum kesakitan memecah keheningan senja itu.”mbah pathok kenopo kui???”tanya saya ke fery.”alergi sarden jarene” jawab fery,dengan cepat pun kang udin menuntum mbah pahok yang sudah kesakitan turun ke bawah untuk mencari tempat camp yang terdekat.
Watu kotak
Setelah berjalan hampir satu jam akhir nya kami pun sampai di samping sebuah lereng yang biasa di sebut”watu kotak” tempat yang biasa unruk mendirikan tenda,tempat yang tertutup dari terpaan angin,namun hanya cukup tak lebih dari 3 tenda saja.di sini kita menemui satu rombongan pendaki lain dari kota jogja yang akan melanjutkan perjalanan ke puncak esok hari nya.
tanpa banyak kata dan cakap kami segera mendirikan tenda untuk istirahat,mengingat salah satu anggota team kami yang sedang tepar masih berada di belakang.malam kami habis kan dengan hanya beberapa gelas kopi saja,karna kami harus benar-benar berhemat dengan air yang sudah menipis.setelah mbah pahok dan kang udin datang hati pun terasa sedikit lega,karna kita masih terlindung dari hal-hal yang tidak kita ingin kan.”wes mbah ndang turu kono,istirahat,obate di ombeh disek ben enakan”.
Malam pun kami tutup dengan suasana hening dan sedikit jog-jog khas kami,namun tak seceria sebelum-sebelum nya,meningat kondisi mbah pathok yang belum membaik.

Malam dengan berjuta taburan bintang,dengan terpaan angin yang kencang membuat kami cepat terlelap dalam hening nya malam yang menyimpan sejuta misteri.

Good night…


Continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar