Di hari
dan tanggal yang sama Jum’at 30 Des 2012,kutatap di depan mata sebuah bongkahan
ciptaan tuhan yang jatuh ke bumi.amat
begitu indah dengan sejuta kisah dan kesahajaan tentang nya.
Sore di desa kali angkrik tempat start
pendakian menuju gunung sumbing,cuaca yang sedikit berkabut,entah itu mendung
atau asap yang di timbulkan dari tungku perapian penduduk menyambut kami,dengan
suhu yang cukup dingin kami mulai menurunkan barang-barang kami satu persatu yang
ada di atas mobil,sapaan yang hangat dari warga sekitar seolah menjadi
penghangat alami bagi kami,sempat kami menikmati jajanan khas entah apa naman
nya yang di beli kang udin.rasanya sangat lezat,dan sedikit bisa mengganjal isi
perut kami yang sudah mulai berdendang.
perlahan namun pasti kami mulai menapak kan kaki menyusuri sela-sela gang perkampungan penduduk yang
cukup rapi,dengan jalanan bersusun batu tanpa aspal.dan lagi-lagi setiap orang
pun menyapa kami dengan senyum santun dan hangat seolah-olah kami saudara
mereka yang datang dari jauh dan lama tak bertemu.”mongo pinarak mas” yang
artinya silahkan mampir mas, hampir terucap pada setiap warga yang kami
temui.di sini sebelum malakukan pendakian ke puncak gunung sumbing kita diwajib
kan meminta ijin/melapor dulu kepada kepala dusun karna memang tidak ada pos
pendakian yang benar-benar di peruntuk kan untuk para pendaki,ya maklum,karna
jalur kaliangkrik bukan lah jalur resmi para pendaki menuju puncak
G.Sumbing,dan bang udin lah yang menjadi perwakilan kami untuk ijin ke pak
dusun.setelah hampir berjalan cukup jauh,salah satu warga menanyakan apakah
kami sudah membawa Kelapa tua dan gula merah..”sampean nopo sampun mbeto gulo
jowo ro kambil??”(anda apa sudah membawa gula jawa &kelapa).dalam hati pun
bertanya untuk apa gula jawa dan kelapa??? . “dereng bu” (belum bu) sahut bang
udin,dan sesegera mungkin ibu-ibu tadi memberikan gula jawa dan kelapa kepada
bang udin,sempat saya tanyakan untuk apa kok kita harus membawa ke dua barang
tadi kepada mbah patuk salah satu anggota team yang notabenya juga orang
sekitar situ ”di gawe opo mbah kui??”(di pakai apa mbah itu?) sang mbah pun
langsung menyaut “di pangan ben kuat”(di makan biar kuat).jawaban yang logis
tanpa ada unsur-unsur mitos,tapi ya sudah lah..#capek mikir.
setelah hampir setengah jam kami
berjalan menapaki jalan berundak di samping-samping rumah penduduk,tatapan kami
pun lepas melihat luas perkebunan penduduk yang tertata rapi dengan segala
aktivitas nya,jalanan berundak yang tersusun rapi pun berganti dengan jalanan
tanah liat yang belum kering oleh hujan yang memang beberapa hari mengguyur
daerah ini.ladang sawi dan beberapa tanaman yang belum terbentuk entah tanaman
apa itu,suara gemuruh petir mengiringi perjalanan kami,dengan para petani yang
sedang menggarap ladang mereka.”bade ten kawah mas??”(mau ke kawah mas) tanya
salah satu petani.tanpa di kordinasi pun kami menjawab pertanyaan itu secara
bersamaan ”enggeh pak”(iya pak).tanpa di duga,cuaca yang awal nya gerimis yang
kita kira hanyalah embun,berubah menjadi hujan yang cukup lebat.tanpa pikir
panjang pun kami segera menggunakan mantel yang memang menjadi perlengkapan
primer yang harus kami bawa di saat melakukan pendakian saat musim hujan”SEDIA
MANTEL SEBELUM HUJAN”.
berjalan dengan guyuran air hujan yang
menambah dingin udara sore itu dan tanah
lumpur yang licin yang lagi-lagi mengharuskan kami untuk berjalan dengan
konsentrasi tingkat tinggi jika tak ingin jatuh terjungkal dan siap-siap di
tertawakan.Setelah hampir satu jam lebih kami pun sampai di pos 1,sebuah tanah
lapang dengan pohon-pohon besar yang mengitari nya,hujan yang kian lebat
mengharus kan kami untuk membuka flysheet untuk berteduh sembari menunggu
anggota team yang lain.jauh mata memandang tampak sangat indah pemandangan kota
magelang dari ketinggian dengan di buntal garis-garis awan mendung,bau tanah
yang basah seolah-olah menjadi obat terapi alami yang membuat otak menjadi
segar.setelah flysheet berdiri kami memutus kan untuk menyiapkan makan sore
guna untuk mengisi tenaga dan stamina setelah berhujan-hujan ria, roti
kering,sub bakso dengan mie ditemani beberapa gelas kopi dan rokok pun kami
menikmati hujan sore itu.canda tawa menjadi obat kelelahan kami,tertawa lepas
dengan senda gurau beda logat seolah-olah menjadi penghangat alami kami dan
saling beradaptasi satu sama lain. yaa maklum,beberapa dari kita memang baru
pertama kali bertemu.di temani suara khas bang iwan fals yang terlantun
sayup-sayup dari HP saya
”nooonaaa…maaf kan
aku..oooo..noooonaaa..peluk lah aku..
begitu besar nya cintamu paaada ku….”
begitu besar nya cintamu paaada ku….”
lagu yang akan terkenang selama nya
karna telah memberikan saya semangat baru ketika terseok-seok di jalur pasir
menuju puncak MAHAMERU beberapa bulan yang lalu.
Tak terasa waktu pun semakin sore dan hampir
malam.hujan yang tadi nya turun deras,berhenti dan berganti dengan gemricik
gerimis yang seolah-olah mengisyarat kan kita harus segera melanjutkan
perjalanan.Setelah acara makan-makan selesai,kami pun segera bergegas untuk
merapikan semua,dan secepat mungkin melanjutkan perjalanan,sampah menjadi suatu
yang penting dan harus diamankan untuk di bawa turun kembali,karna kami tak
ingin mengotori hutan yang asri dengan sampah.
suasana menjadi penuh hikmat ketika doa mulai terpanjatkan,dengan dipimpin anggto termuda dari kami..si khoirul,ya..karna hanya khoirul yang bernyali untuk memimpin doa sore itu sebelum melanjut kan perjalanan. Memohon agar perjalanan kami dilindungi oleh tuhan dan lancar tak kurang suatu apapun.
suasana menjadi penuh hikmat ketika doa mulai terpanjatkan,dengan dipimpin anggto termuda dari kami..si khoirul,ya..karna hanya khoirul yang bernyali untuk memimpin doa sore itu sebelum melanjut kan perjalanan. Memohon agar perjalanan kami dilindungi oleh tuhan dan lancar tak kurang suatu apapun.
Jalan yang awal nya ladang-ladang
penduduk,kini berganti dengan hujan tropis yang lebat dengan sejuta
misteri,jalanan yang lumayan landai menjadikan ini sebagai pemanasan,berjalan
dengan di iringi gemricik air yang jatuh dari dahan-dahan pepohonan tinggi
solah-olah menjadi suara-suara alunan musik alam yang mengalun begitu merdu
nya.
Sekitar satu jam lebih kami
berjalan,sayup-sayup terdengar suara adzan magrib yang menembus rimbun nya
pepohonan yang lebat dan mengharuskan kami untuk berhenti menunggu adzan magrib
yang berkumandang.bashor yang terlihat begitu lelah di antara yang lain membuat
saya untuk sedikit membangkit kan suasana.”sor yopo??lanjut ta iki??”(sor
gimana lanjut kan) tanya saya,”Lanjut lah cok” kata-kata yang seolah olah
menjadikan suara riuh dengan sambutan tawa dari teman-teman yang lain..yaa..memang
kata-kata cok tak pernah lepas dari percakapan kami”CAK COK KATA-KATA KOTA
KITA,SURABAYA” haha..(kata-kata khas Surabaya yang harus di lestarikan).
tak lama beristirahat,dengan beberapa batang rokok yang sudah menemani kita.kami pun melanjut kan perjalanan.”kurang berapa menit lagi kang samapai pos 2” tanya salah satu teman,”kurang satu sengengah jam lagi lah kalo jalan kita seperti tadi”sahut kang udin.’head lamp,senter ayo di siap kan,kita lanjut jalan dan istirahat di pos 2,di situ ada aliran sungai,kita bisa mandi-mandi”ucap kang udin dan beberapa teman dari magelang. ”gendeng ta!!!bagi yang bernyali silahkan mandi” celetuk salah seorang teman yang mulai kedinginan.ya..memang suhu udara saat itu sekitar 18°c.
Berjalan di tengah gelap nya hutan dan hanya diterangi lampu head lamp dan senter membuat kami lebih berhati-hati dan tak banyak tingkah.
setelah berjalan tertatih-tatih selama lebih satu jam kami pun akhir nya sampai di pos 2,pinggiran jurang yang samping nya aliran air dengan tanah lapang yang cukup hanya untuk beberapa tenda,mungkin hanya 4 sampai 5 tenda kami pun istirahat dan mulai untuk mendirikan camp,namun di sini mulai sedikit ada perselisihan diantara kami,ada beberapa orang teman yang menyaran kan untuk mendirikan tenda di atas lagi ,yang alasan nya agar lebih hemat waktu,dan bisa melihat sunrise. ya..karna mereka merencanakan turun dari G.sumbing langsung lanjut ke G.sindoro.tak banyak percakapan di sini karna suhu yang dingin dan faktor lelah setelah berjalan cukup jauh,membuat kami malas untuk bercanda dan banyak cakap.setelah beristirahat sejenak melepas lelah,mengganjal perut yang mulai keroncongan dengan roti akhirnya kami pun sepakat untuk mendirikan camp di sedikit atas dari pos 2.”di atas yo ada tempat buat nge camp kok,Cuma tiga puluh menit dari sini,nanti bisa liat sunrise disana”ucap bang udin yang sedikit mencairkan suasana. Dan akhir nya kami pun sepakat untuk membatal kan recana yang awal nya kita akan camp di pos 2 untuk di ganti di atas sedikit dari pos 2.”Oke ayo ambil air secukup nya untuk masak dan minum di atas,nanti di sepanjang jalur juga ada aliran sungai kok” ucap bang udin lagi.
tanpa pikir panjang satu persatu botol kosong pun terisi penuh untuk bekal kami memasak dan minum nanti nya.dan disini lah mulai tercium aroma tragedi pengairan.hehe -__-“
tak lama beristirahat,dengan beberapa batang rokok yang sudah menemani kita.kami pun melanjut kan perjalanan.”kurang berapa menit lagi kang samapai pos 2” tanya salah satu teman,”kurang satu sengengah jam lagi lah kalo jalan kita seperti tadi”sahut kang udin.’head lamp,senter ayo di siap kan,kita lanjut jalan dan istirahat di pos 2,di situ ada aliran sungai,kita bisa mandi-mandi”ucap kang udin dan beberapa teman dari magelang. ”gendeng ta!!!bagi yang bernyali silahkan mandi” celetuk salah seorang teman yang mulai kedinginan.ya..memang suhu udara saat itu sekitar 18°c.
Berjalan di tengah gelap nya hutan dan hanya diterangi lampu head lamp dan senter membuat kami lebih berhati-hati dan tak banyak tingkah.
setelah berjalan tertatih-tatih selama lebih satu jam kami pun akhir nya sampai di pos 2,pinggiran jurang yang samping nya aliran air dengan tanah lapang yang cukup hanya untuk beberapa tenda,mungkin hanya 4 sampai 5 tenda kami pun istirahat dan mulai untuk mendirikan camp,namun di sini mulai sedikit ada perselisihan diantara kami,ada beberapa orang teman yang menyaran kan untuk mendirikan tenda di atas lagi ,yang alasan nya agar lebih hemat waktu,dan bisa melihat sunrise. ya..karna mereka merencanakan turun dari G.sumbing langsung lanjut ke G.sindoro.tak banyak percakapan di sini karna suhu yang dingin dan faktor lelah setelah berjalan cukup jauh,membuat kami malas untuk bercanda dan banyak cakap.setelah beristirahat sejenak melepas lelah,mengganjal perut yang mulai keroncongan dengan roti akhirnya kami pun sepakat untuk mendirikan camp di sedikit atas dari pos 2.”di atas yo ada tempat buat nge camp kok,Cuma tiga puluh menit dari sini,nanti bisa liat sunrise disana”ucap bang udin yang sedikit mencairkan suasana. Dan akhir nya kami pun sepakat untuk membatal kan recana yang awal nya kita akan camp di pos 2 untuk di ganti di atas sedikit dari pos 2.”Oke ayo ambil air secukup nya untuk masak dan minum di atas,nanti di sepanjang jalur juga ada aliran sungai kok” ucap bang udin lagi.
tanpa pikir panjang satu persatu botol kosong pun terisi penuh untuk bekal kami memasak dan minum nanti nya.dan disini lah mulai tercium aroma tragedi pengairan.hehe -__-“
Jalanan yang mulai menankjak
curam,melikuk-likut dengan samping-samping jurang yang nampak siluet
seolah-olah mengisyarat kan kami harus lebih ekstra hati-hati lagi.tak seberapa
jauh berjalan,kaki saya pun sempat kram,ya..mungkin karna terlalu lama
beristrahat di pos 2 dan langsung jalan lagi tanpa pemanasan.
setelah istirahat sejenak dengan megoleskan cairan minyak yang sudah saya bawa dari rumah,sedikit demi sedikit kaki saya pun mulai agak enakan.” Wes..piye,wes enakan opo gurung” tanya kang yono. “ Wes kang..ayo cap cusss” jawab saya spontan.
angin yang bertiup kencang,dengan gemercik embun yang menyapu tubuh kami setia menemani perjalanan menuju tempat untuk mendirikan camp.setelah hampir setengah jam berjalan dan meninggal kan rimbun nya hutan.saya pun menoleh ke arah belakang”subhanallah..indah lampu gemerlap kota-kota yang ada di bawah terlihat seperti butiran-butiran mutiara yang terselimut tipis kabut dengan baground keangkuhan merapi dan kegagahan Merbabu yang nampak malu-malu tertutup oleh kabut yang datang silih berganti.
setelah istirahat sejenak dengan megoleskan cairan minyak yang sudah saya bawa dari rumah,sedikit demi sedikit kaki saya pun mulai agak enakan.” Wes..piye,wes enakan opo gurung” tanya kang yono. “ Wes kang..ayo cap cusss” jawab saya spontan.
angin yang bertiup kencang,dengan gemercik embun yang menyapu tubuh kami setia menemani perjalanan menuju tempat untuk mendirikan camp.setelah hampir setengah jam berjalan dan meninggal kan rimbun nya hutan.saya pun menoleh ke arah belakang”subhanallah..indah lampu gemerlap kota-kota yang ada di bawah terlihat seperti butiran-butiran mutiara yang terselimut tipis kabut dengan baground keangkuhan merapi dan kegagahan Merbabu yang nampak malu-malu tertutup oleh kabut yang datang silih berganti.
“Wes ayo ndang di tok ke tendoe” tak
terasa kami pun sampai juga di tempat yang akan kita jadikan tempat untuk
bermalam. Terpaan angin yang cukup kencang dan gemricik air entah hujan atau
embun kian deras menerpa tubuh kami yang muali terlihat lelah.satu persatu kami
pun mulai mengeluarkan berbagai macam perlengkapan untuk tidur.” Wah..ini hanya
cukup untuk dua tenda saja kayak nya” ucap salah satu teman. “lha terus piye
iki??” sahut yang lain “ coba cari tempat yang sekiranya agak datar dan bisa
muat satu tenda lagi “ intruksi kang udin.
dan segera bergegas lah kami untuk melihat temat mana yang cocok untuk sat tenda lagi. “wah kayak nya gak ada iki kang,terlalu sempit kalo untuk buat satu tenda lagi” sambil memberitahuan tempat yang kami maksud.
dan segera bergegas lah kami untuk melihat temat mana yang cocok untuk sat tenda lagi. “wah kayak nya gak ada iki kang,terlalu sempit kalo untuk buat satu tenda lagi” sambil memberitahuan tempat yang kami maksud.
Dan tanpa banyak bincang-bincang kang
udin pun senantiasa membuat kan tempat untuk mendirikan satu tenda lagi,ya
dengan cara meratakan tanah yang sebetul nya sudah sedikit rata.tak butuh waktu
yang lama akhir nya pun jadi juga tempat yang akan di jadikan tempat tidur
kami.” Wes kene,cukup kan gawe tendo mu kui?!!lumayang iki” ucap kang udin dan
mbah patuk”. Setelah dirasa cukup saya pun mulai mengeluarkan tenda yang akan
di jadikan tempat peraduan.
“oke-oke..wes cukup iki kang” ucap saya dan fery. Setelah dua tenda terbuka dan siap untuk di jadikan tempat istirahat,saya pun juga bergegas untuk mendirikan satu tenda lagi yang tak jauh dari dua tenda lain nya. Setelah tenda berdiri di tempat yang cukup nyaman dan sedikit aman dari terpaan angin.
setelah semua sudah terpasang dengan agak rapi saya dan fery pun keluar tenda menuju ke tenda lain yang untuk bercengkrama dan masak-masak untuk membuat kopi.bashor dan yang lain sudah mempersiap kan air untuk di jadikan kopi ternyata.gurauan-gurauan yang nyleneh pun terlontar seolah-olah memecah kan dingin nya malam dengan genmercik air hujan yang tak kunjung reda, memberikan kehangatan bagi kami.
“oke-oke..wes cukup iki kang” ucap saya dan fery. Setelah dua tenda terbuka dan siap untuk di jadikan tempat istirahat,saya pun juga bergegas untuk mendirikan satu tenda lagi yang tak jauh dari dua tenda lain nya. Setelah tenda berdiri di tempat yang cukup nyaman dan sedikit aman dari terpaan angin.
setelah semua sudah terpasang dengan agak rapi saya dan fery pun keluar tenda menuju ke tenda lain yang untuk bercengkrama dan masak-masak untuk membuat kopi.bashor dan yang lain sudah mempersiap kan air untuk di jadikan kopi ternyata.gurauan-gurauan yang nyleneh pun terlontar seolah-olah memecah kan dingin nya malam dengan genmercik air hujan yang tak kunjung reda, memberikan kehangatan bagi kami.
Tak terasa malam semakin larut dan
sepertinya tubuh ini sudah tak bisa lagi di ajak kompromi walaupun suasana
konyol dengan segala guyonan nya masih mendominasi percakapan kami malam
itu.”wes kang wayahe turu iki,sesuk esuk ben iso tangi isuk-isuk”(udah
kang,waktunya tidur,besok masuk pagi biar bisa un pagi-pagi) ucap saya. “jam
piro iki,kok wes arep turu”(jam berapa ini kok udah mau tidur) terdengar dari
dalam tenda kang udin. “wes bengi iki jeh.wayahe ngelurus no sikil”(sudah
malam,waktunya ngelurusin kaki ini) ucap saya. “yo wes nek ngunu,ndang
turu,sesok di lanjut” (ya udah buruan tidur beok dilanjut) ucap mbah patuk.
buka sleeping,buang rokok kancing tenda..ehh..ternyata tak lama berselang si fery pun juga ikut kembali ke tenda yang memang kami tempati.yang awal tujuan saya untuk tidur,semua pun berganti dengan percakapan ringan dan guyonan mengenang perjalanan kita selama ini,di tengah-tengah percakapan kami pun kembali teringat dengan sahabat kita yang satu lagi..yaitu Rooky yang tidak ikut dalam perjalanan ini.
buka sleeping,buang rokok kancing tenda..ehh..ternyata tak lama berselang si fery pun juga ikut kembali ke tenda yang memang kami tempati.yang awal tujuan saya untuk tidur,semua pun berganti dengan percakapan ringan dan guyonan mengenang perjalanan kita selama ini,di tengah-tengah percakapan kami pun kembali teringat dengan sahabat kita yang satu lagi..yaitu Rooky yang tidak ikut dalam perjalanan ini.
“It must have been love..
but it’s over now..
it must have been good..
but I lose it someow
It must have been love..
but it’s over now..
from the moment we thouched till the time had run out..
but it’s over now..
it must have been good..
but I lose it someow
It must have been love..
but it’s over now..
from the moment we thouched till the time had run out..
"IT MUST HAVE BEEN LOVE” dari Roxxete pun terdengar sayup-sayup dari HP saya malam itu,menemani percakapan saya dengan si fery seolah olah memecahkan keheningan malam itu.dan di akhiri dengan lagu bang iwan yang seolah-olah menghipnotis kami sampai ke negri mimpi..
Denting
piano kala jemari menari
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang
Yang pernah terlupakan
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Seperti menjelma waktu aku tertawa
Kala memberimu dosa
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang
Yang pernah terlupakan
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Seperti menjelma waktu aku tertawa
Kala memberimu dosa
Da..ra O….maafkanlah
Da..ra O….maafkanlah
Da..ra O….maafkanlah
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau
pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
Namun senyum mu tetap mengikuti….
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
Namun senyum mu tetap mengikuti….
continue.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar